Anda tahu kamera DSLR? Itu loh, kamera "fotografer" :D
Di tempat saya istilah kamera "fotografer" selalu mengacu pada kamera DSLR, padahal tidak semua fotografer menggunakan kamera DLSR untuk memotret.. :D
Nah, beberapa tahun terakhir ini muncul model kamera DSLR yang mampu merekam video, FULL HD lagi. Jadi kali ini saya akan memberikan tips-tips untuk merekam video dengan DSLR.
Mungkin 2 tahun lalu masih janggal ya melihat orang menenteng DSLR tapi malah merekam video namun sekarang sepertinya itu sudah pemandangan biasa. Bahkan rumah-rumah produksi pun sudah menggunakan kamera DSLR untuk membuat video klip.

Berikut tips-tips yang perlu anda ketahui seputar merekam video dengan kamera DSLR:
1. Sediakan media penyimpanan tambahan
4GB memory card anda akan terasa sangat kecil kalau digunakan untuk merekam video. Ada baiknya sediakan memory card tambahan atau harddisk external untuk menyimpan hasil rekaman
2. Atur settingan sesuai kebutuhan
Jika anda ingin membuat video dalam resolusi standard (SD) maka aturlah video ke resolusi itu. Jika anda set ke resolusi HD, maka itu akan menyusahkan saja karena harus convert ulang ke resolusi SD, dan pastinya lebih boros memori
3. Sediakan batere cadangan
Ketika berada pada mode video, kamera DSLR pastinya lebih menguras daya batere. Jadi batere cadangan mutlak diperlukan disini.. :D
4. Perhatikan settingan framerate
Semakin besar framerate memang akan membuat gerakan di video halus. Tapi hal itu juga memperbesar ukuran file. Di indonesia, kita gunakan standard PAL jadi video tersebut bagusnya di set ke 25 fps.
5. Perhatikan durasi rekaman, jangan terlalu lama
Kamera DSLR memiliki sensor image
yang sangat peka panas. Jika sensor ini sudah mencapai temperatur
tertentu, maka akan di shutdown otomatis oleh kamera untuk melindungi
sensor dari kerusakan. Usahakan untuk merekam maksimal 10 menit untuk 1
file video.Di tempat saya istilah kamera "fotografer" selalu mengacu pada kamera DSLR, padahal tidak semua fotografer menggunakan kamera DLSR untuk memotret.. :D
Nah, beberapa tahun terakhir ini muncul model kamera DSLR yang mampu merekam video, FULL HD lagi. Jadi kali ini saya akan memberikan tips-tips untuk merekam video dengan DSLR.
Mungkin 2 tahun lalu masih janggal ya melihat orang menenteng DSLR tapi malah merekam video namun sekarang sepertinya itu sudah pemandangan biasa. Bahkan rumah-rumah produksi pun sudah menggunakan kamera DSLR untuk membuat video klip.

Berikut tips-tips yang perlu anda ketahui seputar merekam video dengan kamera DSLR:
1. Sediakan media penyimpanan tambahan
4GB memory card anda akan terasa sangat kecil kalau digunakan untuk merekam video. Ada baiknya sediakan memory card tambahan atau harddisk external untuk menyimpan hasil rekaman
2. Atur settingan sesuai kebutuhan
Jika anda ingin membuat video dalam resolusi standard (SD) maka aturlah video ke resolusi itu. Jika anda set ke resolusi HD, maka itu akan menyusahkan saja karena harus convert ulang ke resolusi SD, dan pastinya lebih boros memori
3. Sediakan batere cadangan
Ketika berada pada mode video, kamera DSLR pastinya lebih menguras daya batere. Jadi batere cadangan mutlak diperlukan disini.. :D
4. Perhatikan settingan framerate
Semakin besar framerate memang akan membuat gerakan di video halus. Tapi hal itu juga memperbesar ukuran file. Di indonesia, kita gunakan standard PAL jadi video tersebut bagusnya di set ke 25 fps.
5. Perhatikan durasi rekaman, jangan terlalu lama
Dari sifatnya ini, maka kamera DSLR sangat pantang
digunakan untuk merekam live event, yang mengharuskan kamera ON terus
berjam-jam lamanya.
6. Perhatikan goyangan (shake) pada video
Kamera DSLR sangat rawan akan shaking pada rekaman videonya. Untuk meminimalisir goyangan, anda bisa menggunakan beberapa alat berikut ini:
Tripod kamera

Monopod "kaki ayam"

Steadicam merlin

Glidercam

Jika video rekaman anda terlanjur goyang, anda bisa membaca postingan saya sebelumnya, memperbaiki rekaman video yang goyang
Itu saja tips-tips penting yang perlu anda ketahui. Semoga artikel ini bermanfaat untuk anda.
6. Perhatikan goyangan (shake) pada video
Kamera DSLR sangat rawan akan shaking pada rekaman videonya. Untuk meminimalisir goyangan, anda bisa menggunakan beberapa alat berikut ini:
Tripod kamera

Monopod "kaki ayam"

Steadicam merlin

Glidercam

Jika video rekaman anda terlanjur goyang, anda bisa membaca postingan saya sebelumnya, memperbaiki rekaman video yang goyang
Itu saja tips-tips penting yang perlu anda ketahui. Semoga artikel ini bermanfaat untuk anda.
Spesifikasi Canon 5D mark III Kamera terbaru , Tidak ada
yang menyangkal canon merupakan perusahaan terbesar dan selalu melakukan
pengembangn-pengembangan teknologi. Memang canon banyak peminatnya. Canon EOS
5D Mark III kamera terbaru ini merupaka penerus dari Canon EOS 5D Mark II.
Canon EOS 5D mark II diluncurkan pada tahu 2008 dan telah
sukses terbukti dengan dipakai nya
kamera tersebut oleh Fotografr ternama di dunia.
Pada tahun 2012 ini canon kembali meluncurkan kamera terbaru
yaitu Canon 5D Mark III. Dari segi tampilan Canon EOS 5D Mark III tidak beda dengan kamera Canon 5D Mark II dan
mempunyai kesamaan yang tidak ada perbedaan jika dilihat dengan kasat mata,
namun Kamera ini di Design mempunyai kelebihan dengan kemampuan tahan debu dan
cuaca. Cocok buat fotografer yang gemar traveling.
Spesifikasi kamera Canon 5D Mark III ini mengadopsi beberapa
Fitur kunci dari Canon EOS 1D X. Canon EOS 5D Mark III ini dapat menampilkan
22.3 Mp full frame CMOS sensor DIG C 5 dan gambar kepadatan 61 titik system.
Dan kelebiahan lain dari Canon EOS 5D Mark III adalah kemampuan Video dan Noise
Reduction. Kecepatan proses dalam canon EOS 5D Mark III ini Sekitar 1.3 kali
lebih cepat dari produk sebelum nya dan ISO 100-25600. Tentu nya kamera ini
dapat digunakan di segala jenis medan dari indoor –Outdoor maupun memotret
Benda bergerak dengan cahaya minim, wow,,tentu kamera ini sangat luar biasa.
Dan berikut adalah Spesifikasi nya :
Body
Type EOS 5D Mark III
Body Type
|
Mid-size SLR
|
Body Material
|
Magnesium Alloy
|
Sensor
|
|
Max Resulusion
|
5760 x 3840
|
Other Resolution
|
3840 x 2560
|
Image Ratio w:h
|
3:2
|
Effective pixel
|
22.3 megapixel
|
Sensor Photo detectors
|
23.4 megapixel
|
Sensor size
|
Full frame (36 x 24 mm)
|
Sensor type
|
CMOS
|
Processor
|
Digic 5+
|
Color space
|
sRGB.Adobe RGB
|
Color filter array
|
RGB Color Filter Array
|
Image
|
|
ISO
|
Auto. 100 – 25600 in 1/3
stops, plus 50.51200.102400 as option
|
White balance presets
|
6
|
Custom white balance
|
Yes (1)
|
Image Stabilization
|
No
|
JPEG quality levels
|
Fine, Normal
|
File format
|
JPEG (Exif 2.3{Exit
Print} compliant) Design rule for Camera File system (2.0)RAW: RAW. sRAW1,
sRAW2 (14bit, Canon original RAW 2nd edition)Digital Print Order
Format [DPOF] Version 1.1 compliant
|
Optics & Focus
|
|
Autofocus
|
By optional dedicated
Speedlite
|
Autofocus assist lamp
|
No
|
Digital zoom
|
Yes
|
Number of focus points
|
61
|
Lens mount
|
Canon EF mount
|
Screen / viefinder
|
|
Viefinder LCD
|
Fixed
|
Screen size
|
3.2”
|
Screen dots
|
1.040.000
|
Touch screen
|
No
|
Screen Type
|
Clear View II TFT LCD
|
Photography features
|
|
Minimum Shutter Speed
|
30 sec
|
Maximum Shutter Speed
|
1/8000 sec
|
Exposure modes
|
Auto+Program AEShutter
priority AEAperture priority AE
Manual (Stills and Movie)
Custom (x3)
|
Built-in flash
|
No
|
External flash
|
Yes (Hot-shoe, Wireless
plus Sync connector
·
Multi
·
Center-weighted
·
Spot
·
Partial
|
Exposure compensation
|
+5 EV (at 1/3 EV. ½ EV steps)
|
AE Bracketing
|
+ 3 (2, 3, 5, 7 frames at 1/3 EV. ½ EV steps
|
WB Bracketing
|
Yes (3 frames in either
blue/amber or magenta/green axis)
|
Videography features
|
|
Format
|
H.264
|
Microphone
|
Mono
|
Resulutions
|
1920 x 1080 (29.97, 25,
23.976 fbs fps), 1280 x 720 (59.94, 50 fps), 640 x 480 (25, 30 fps)
|
Videography notes
|
1080 and 720 intra or
inter frame, 480 inter frame
|
Connectivity
|
|
USB
|
USB 2.0 (480 Mbit/sec
|
HDMI
|
Yes (HDMI mini)
|
Wireless
|
Optional
|
Dimensions
|
152 X 116 X 76 mm (5.98
x 4.57 x 2.99”)
|
Weight (inc. batteries)
|
950 g (2.09 lb / 33.51
oz)
|
Battery Life (CIPA)
|
950
|
Battery description
|
Lithium_Ion LP-E6
rechargeable battery & charger
|
Orientation sensor
|
Ye
|
Kamera DSLR kini
semakin trend dikalangan masyarakat, berbagai produsen kini meluncurkan
kamera DSLR terbaru, selain dilengkapi dengan berbagai fitur, kamera
DSLR menghasilkan kualitas gambar sesuai dengan yang kita inginkan jika
kita mengetahui cara menggunakannya.
Menggunakan
kamera DSLR tidaklah mudah dalam membuat hasil gambar yang berkualitas,
ada trik-trik dan petunjuk yang harus kita ikuti untuk menghasilkan
kualitas potret yang lebih baik, terkecuali Anda telah memiliki
pengalaman sebelumnya tentang kamera tersebut. Dan kali ini kita akan
membahas sekilas teknik dasar menggunakan kamera DSLR. Karena untuk
tingkat teknik dasar tergolong mudah untuk dipelajari terlebih bagi kita
yang baru pertama menggunakan kamera DSLR.
Pertama
sekali yang harus diperhatikan adalah pastikan kamera sudah dalam
keadaan siap untuk digunakan, cek baterai, cek memory, dll. Setelah anda
rasa kamera siap digunakan, selanjutnya kita coba mensetting kamera
terlebih dahulu, setting kamera ke mode AV ( aperture Value) yaitu hanya
merubah besarnya bukaan diagfragma sehingga Shutter Speed sudah
otomatis di set oleh kamera tersebut.
Lalu, Bukaan
terbaik / ketajaman terbaik ada di bukaan F/8.0 jika DOF (depth of
field) lebih panjang bisa memakai bukaan F/14 (tidak disarankan jika
memakai F/16 keatas, memang semua terlihat focus tetapi ketajaman sudah
berkurang sehingga hasil kurang maksimal). Selanjutnya kita pastikan
memakai ISO 100 ( semakin rendah semakin baik) jika cahaya kurang dan
shutter speednya kurang (shutter speed lebih baik diatas 1/60 agar tidak
shake) bisa dinaikan ISO nya. Lalu yang terakhir lebih baik gunakan
lensa wide seperti 18-55mm dan 17-85mm.
Setelah
melakukan settingan, pastikan tempat dimana yang baik untuk memotret,
dan dalam penentuan tempat pemotretan harus di pastikan baik-baik juga
karena akan berpengaruh pada hasil foto yang akan diambil. Untuk arah
cahaya matahari, lebih baik memotret jangan mengarah berlawanan, akan
lebih baik membelakangi matahari (karena kita membutuhkan cahaya
matahari untuk pencahayaan).
Memotret
lebih baik pada pagi dan sore hari, karena kalau siang hari, cahaya
matahari terlalu tajam (biasanya langit putih dan tidak menarik). Pilih
background yang baik dan indah (pilih sesuka hati). Dan carilah angle
terbaik, bisa dikatakan ada low angle, mid angle, high angle. Ketiga
angle tersebut memberikan perbedaan pada hasil gambar yang sangat
berarti.
Bila ingin
memotret wajah, perhatikan latar belakang, hindari latar belakang yang
berwarna – warni atau gambar yang semrawut, yang menyebabkan kurang
jelas (bisa jadi justru latar belakang yang menjadi menonjol). Jadi,
berusahalah untuk menghidarinya. Jika anda sudah mencoba dengan teknik
dasar, dan cobalah bereksperimen dengan teknik dasar lainnya.
Menggunakan Kamera DSLR dengan teknik Panning,
yang merupakan dengn menggerakan kamera kearah gerakan objek (panning)
bertepatan dengan melepas tombol. Hasil gambarnya latar belakang kabur,
akan tetapi gambar subjek sangat jelas. Seberapa jelas atau kaburnya
subjek tergantung pada kecepatan atau lambatnya gerakan panning. Jika
gerakannya bersama – sama dengan gerakan subjek, maka gambar yang
dihasilkan jelas. Sebaliknya jika kamera lebih cepat atau lebih lambat
dari gerakan subjek, maka hasil akan blur (kabur).
Menggunakan kamera SDLR dengan teknik slowspeed adalah
jika benda yang bergerak cepat dipotret dengan speed shutter rendah,
maka hasilnya gambar akan tampak kabur, seakan – akan disapu, namun
latar belakang jelas. Efek ini terkadang bagus dan menimbulkan sense of
motion dari benda yang dipotret.
Menggunakan kamera DSLR dengan menggunakan teknik freeze
yaitu speed cepat kita gunakan untuk memotret benda yang bergerak.
Semakin cepat pergeraan benda tersebut, maka semakin besar angka speed
shutter yang harus kita gunakan. Dengan beberapa teknik dasar
menggunakan kamera DSLR ini, semoga dapat membantu anda dalam
bereksperimen untuk menghasilkan kualitas gambar sesuai dengan yang
diinginkan, semoga bermanfaat dan selamat mencoba.
Pilih CANON atau NIKON??
Sebelum membeli kamera, mungkin ada baiknya untuk mampir ke tulisan saya mengenai Pedoman Membeli Kamera DSLR
Setelah membeli kameranya, ikut Kursus MK-Photography supaya bisa tahu teori fotografinya dan cara pakai kameranya. Kami adalah satu-satunya kursus / sekolah fotografi satu kali (1x) week-end dengan hunting model di Jakarta. Kami juga satu-satunya kursus / sekolah fotografi yang mengajarkan “pencet di mana” pada kamera Anda (merk dan jenis apapun). Anda cukup meluangkan waktu satu kali (1x) week-end saja untuk belajar fotografi. Alumni kami sudah lebih dari 500 orang. Ada diskon 10% di kelas Basic Photography untuk pemilik kamera baru.
- Basic Photography (Weekend Class)
- Digital Imaging (Edit foto dgn PhotoShop)
- Still Life (Foto produk)
- Manajemen Bisnis Fotografi
Menurut opini saya, mempertanyakan lebih bagus mana antara Nikon atau Canon sama saja seperti mempertanyakan lebih bagus mana antara Toyota atau Honda; BMW atau Mercedes Benz. Mereka sama-sama perusahaan dunia yang sama bagusnya dan sama kuatnya. Memilih antara Nikon atau Canon amat tergantung dengan selera dan lingkungan dari orang tersebut.
Kalau Nikon dan Canon tidak sama-sama bagus dan kuat, tentunya salah satu dari mereka akan bangkrut. Sudah banyak perusahaan kamera yang bangkrut dan lalu dibeli oleh perusahaan lain. Salah satu contohnya adalah Minolta yang dibeli oleh Konica, dengan membentuk Konica-Minolta. Setelah merger tersebut, Konica-Minolta memutuskan untuk menjual bisnis DSLR mereka kepada Sony, yang mana kemudian Sony mengeluarkan Sony α (Alpha) yang teknologinya berasal dari Minolta. sumber
Kodak merupakan ‘korban’ terakhir dari perkembangan teknologi fotografi digital. Padahal Kodak-lah yang pertama kali menemukan fotografi-digital, kamera digital pertama dan kamera D-SLR komersil pertama. sumber
Kalau Nikon dan Canon tidak sama-sama bagus, pastinya salah satu dari mereka akan memiliki pangsa pasar yang jauh berbeda dari saingannya. Faktanya, pangsa pasar kedua perusahaan ini bisa dibilang hampir sama besarnya. Terkadang pada tahun-tahun tertentu, Canon yang menguasai lebih banyak pangsa pasar. Lalu pada tahun-tahun berikutnya, Nikon yang bisa menguasai pangsa pasar yang lebih besar. Keduanya bersaing dengan amat ketatnya, produk-produk mereka bisa dibilang mirip-mirip. Hanya penamaan teknologinya yang mereka bedakan, teknologinya itu sendiri hampir sama.

Sedangkan Canon sejak tahun 1960an sudah merencakan untuk melakukan diversivikasi produk mereka dengan mulai memproduksi kalkulator 10-key elektronik pertama di Dunia pada tahun 1964. Sejak itu, selain memiliki bisnis berbasis kamera dan lensa, Canon mulai memproduksi mesin photocopy (tahun 1970 menjadi mesin copier kertas pertama di Jepang), laser printer (tahun 1979), ink-jet printer (1985) dan large-format ink-jet printer (2006). sumber

Dari kedua strategi korporat tersebut, Nikon dan Canon bersaing secara langsung di bidang kamera (slr dan point-n-shoot), dan teknologi presisi (alat pembuat semi-konduktor). Dalam bidang ini, kedua perusahaan ini masing-masing memiliki teknologi yang sama baiknya. Kedua perusahaan ini juga memiliki pengikut yang sama fanatiknya. Sehingga tidak bisa dikatakan yang satu lebih baik dibandingkan yang lain.
Kalau dilihat dari sisi finansialnya, Canon mempunyai total aset sebesar 3.983.820 juta yen (2010), sedangkan Nikon sebesar 829.909 juta yen (2011/Q3). Canon sekitar 4,8 kali lebih besar daripada Nikon. Hal ini tentu dikarenakan bisnis Canon jauh lebih beragam dibandingkan Nikon. sumber 1, sumber 2
Jadi, kalau mereka dapat membuat lensa yang dapat memfokuskan garis hingga 38 nm, kenapa mereka masih membuat lensa yang kelihatannya hasilnya ‘biasa-biasa’ saja? Kenapa mereka tidak membuat semua lensa mereka tajam dan kelas nomer 1? Jawabnya sederhana: Strategi Marketing dan Quality Control.
Mereka mungkin memiliki teknologinya. Akan tetapi untuk memproduksi lensa premium dibutuhkan quality control yang ketat. Hal ini membuat biaya produksi lensa-lensa yang bagus menjadi mahal. Tentunya mahalnya biaya produksi kemudian akan dibebankan kepada konsumen dalam bentuk harga jual lensa yang mahal pula. Kalau bahasa inggrisnya, ono rego ono rupo (baca: ada harga ada barang).
Penentuan harga jual inilah yang mendikte kualitas dari sebuah lensa. Ujung-ujungnya strategi marketing dari setiap merk kamera.
Jadi, lensa mereka sama bagusnya.
Sebelum membeli kamera, mungkin ada baiknya untuk mampir ke tulisan saya mengenai Pedoman Membeli Kamera DSLR
Setelah membeli kameranya, ikut Kursus MK-Photography supaya bisa tahu teori fotografinya dan cara pakai kameranya. Kami adalah satu-satunya kursus / sekolah fotografi satu kali (1x) week-end dengan hunting model di Jakarta. Kami juga satu-satunya kursus / sekolah fotografi yang mengajarkan “pencet di mana” pada kamera Anda (merk dan jenis apapun). Anda cukup meluangkan waktu satu kali (1x) week-end saja untuk belajar fotografi. Alumni kami sudah lebih dari 500 orang. Ada diskon 10% di kelas Basic Photography untuk pemilik kamera baru.
- Basic Photography (Weekend Class)
- Digital Imaging (Edit foto dgn PhotoShop)
- Still Life (Foto produk)
- Manajemen Bisnis Fotografi
Menurut opini saya, mempertanyakan lebih bagus mana antara Nikon atau Canon sama saja seperti mempertanyakan lebih bagus mana antara Toyota atau Honda; BMW atau Mercedes Benz. Mereka sama-sama perusahaan dunia yang sama bagusnya dan sama kuatnya. Memilih antara Nikon atau Canon amat tergantung dengan selera dan lingkungan dari orang tersebut.
Kalau Nikon dan Canon tidak sama-sama bagus dan kuat, tentunya salah satu dari mereka akan bangkrut. Sudah banyak perusahaan kamera yang bangkrut dan lalu dibeli oleh perusahaan lain. Salah satu contohnya adalah Minolta yang dibeli oleh Konica, dengan membentuk Konica-Minolta. Setelah merger tersebut, Konica-Minolta memutuskan untuk menjual bisnis DSLR mereka kepada Sony, yang mana kemudian Sony mengeluarkan Sony α (Alpha) yang teknologinya berasal dari Minolta. sumber
Kodak merupakan ‘korban’ terakhir dari perkembangan teknologi fotografi digital. Padahal Kodak-lah yang pertama kali menemukan fotografi-digital, kamera digital pertama dan kamera D-SLR komersil pertama. sumber
Kalau Nikon dan Canon tidak sama-sama bagus, pastinya salah satu dari mereka akan memiliki pangsa pasar yang jauh berbeda dari saingannya. Faktanya, pangsa pasar kedua perusahaan ini bisa dibilang hampir sama besarnya. Terkadang pada tahun-tahun tertentu, Canon yang menguasai lebih banyak pangsa pasar. Lalu pada tahun-tahun berikutnya, Nikon yang bisa menguasai pangsa pasar yang lebih besar. Keduanya bersaing dengan amat ketatnya, produk-produk mereka bisa dibilang mirip-mirip. Hanya penamaan teknologinya yang mereka bedakan, teknologinya itu sendiri hampir sama.
Perbedaan Strategi Bisnis
Perbedaan paling mencolok dari kedua perusahaan ini adalah strategi korporat mereka. Nikon sejak awal hanya memfokuskan diri pada Teknologi Presisi dan Teknologi Alat Elektronik yang berhubungan dengan Lensa (Precision Technologies and Opto-electronic Technologies). Oleh karenanya produk-produk keluaran Nikon selalu berbasiskan lensa (Kamera, Teropong, Mikroskop, Alat pengukur jarak, Lensa kaca mata, dan lain-lain). sumberSedangkan Canon sejak tahun 1960an sudah merencakan untuk melakukan diversivikasi produk mereka dengan mulai memproduksi kalkulator 10-key elektronik pertama di Dunia pada tahun 1964. Sejak itu, selain memiliki bisnis berbasis kamera dan lensa, Canon mulai memproduksi mesin photocopy (tahun 1970 menjadi mesin copier kertas pertama di Jepang), laser printer (tahun 1979), ink-jet printer (1985) dan large-format ink-jet printer (2006). sumber
Dari kedua strategi korporat tersebut, Nikon dan Canon bersaing secara langsung di bidang kamera (slr dan point-n-shoot), dan teknologi presisi (alat pembuat semi-konduktor). Dalam bidang ini, kedua perusahaan ini masing-masing memiliki teknologi yang sama baiknya. Kedua perusahaan ini juga memiliki pengikut yang sama fanatiknya. Sehingga tidak bisa dikatakan yang satu lebih baik dibandingkan yang lain.
Kalau dilihat dari sisi finansialnya, Canon mempunyai total aset sebesar 3.983.820 juta yen (2010), sedangkan Nikon sebesar 829.909 juta yen (2011/Q3). Canon sekitar 4,8 kali lebih besar daripada Nikon. Hal ini tentu dikarenakan bisnis Canon jauh lebih beragam dibandingkan Nikon. sumber 1, sumber 2
Lensa
Lensa-lensanya mereka juga pasti sama bagusnya, sama tajamnya. Dari hasil riset teknologi lensa yang mereka lakukan, mereka dapat membuat lensa yang dapat memfokuskan sinar yang dipakai untuk ‘mencetak’ chip. Nikon dan Canon sama-sama memiliki divisi yang menjual alat pembuat chip. Alat tersebut bernama stepper, dan salah satu langkah untuk membuat chip adalah mencetak pola garis-garis yang kemudian menjadi jalannya sinyal listrik dalam rangkaian chip tersebut. Lebar dari garis ini hanya 38 nm (1 000 000 nano-meter = 1 mili-meter). Kalau lensa mereka dapat menfokuskan sinar yang dipakai dalam proses pembuatan chip, mereka tentu mudah saja membuat lensa yang kita pakai untuk motret model atau landscapeJadi, kalau mereka dapat membuat lensa yang dapat memfokuskan garis hingga 38 nm, kenapa mereka masih membuat lensa yang kelihatannya hasilnya ‘biasa-biasa’ saja? Kenapa mereka tidak membuat semua lensa mereka tajam dan kelas nomer 1? Jawabnya sederhana: Strategi Marketing dan Quality Control.
Mereka mungkin memiliki teknologinya. Akan tetapi untuk memproduksi lensa premium dibutuhkan quality control yang ketat. Hal ini membuat biaya produksi lensa-lensa yang bagus menjadi mahal. Tentunya mahalnya biaya produksi kemudian akan dibebankan kepada konsumen dalam bentuk harga jual lensa yang mahal pula. Kalau bahasa inggrisnya, ono rego ono rupo (baca: ada harga ada barang).
Penentuan harga jual inilah yang mendikte kualitas dari sebuah lensa. Ujung-ujungnya strategi marketing dari setiap merk kamera.
Jadi, lensa mereka sama bagusnya.
Kalau Sobat ingin menjadi seorang fotografer profesional, tentunya Sobat harus tahu istilah-istilah yang sering dipakai oleh para fotografer profesioanl tersebut, tapi saya yakin Sobat nggak asing kok dengan istilah-istilah tersebut;
A
: Singkatan dari auto, yaitu sebuah sandi untuk pilihan fasilitas
otomatis. Artinya, bila selector diputar ke posisi ini, bukaan diafragma
akan bekerja secara otomatis setelah pemotret memilih suatu kecepatan
(shutter speed) atau sebaliknya.
AF
: singkatan dari auto focus, yaitu cara kerja kamera tanpa mengharuskan
pemotret memutar-mutar sendiri penemu fokus(jarak). Sistem ini bekerja
setelah pemotret menekan tombol “on” pada perintah fokus.
AL servo AF : saran pilihan autofocus yang digunakan untuk memotret objek2 bergerak. Pilihan yang efektif untuk pemotretan olahraga.
Angle of view : Sudut pandang atau sudut pemotretan. Cara melihat dan mengambil objek yang akan difoto
Aperture diafragma : yaitu lubang tempat cahaya masuk kedalam kamera dari lensa keatas film.
Aperture priority auto exposure (A) :
pencahayaan otomatis prioritas bukaan diafragma. Jika bukaan diafragma
disetel terlebih dahaulu, kecepatan rana akan bekerja otomatis.
Artificial light : cahaya buatan manusia yang digunakan untuk memotret misalnya lampu kilat, api, dll.
ASA : singkatan dari American Standar Assosiation.
Yaitu standar kepekaan film. Pengertiannya sama dengan ISO, hanya saja
nama ASA dahulu umumnya dipakai diwilayah Amerika. Kecepatannya diukur
secara aritmatis.
Auto Program (P)
: fasilitas otomatis untuk memilih pencahayaan terprogram secara normal
dan high speed(kecepatan tinggi), tergantung pada pemakaian
panjang-pendek fokus lensa.
Auto winder
: motor yang berguna untuk memajukan film secara otomatis dan cepat
tanpa harus dikokang atau diengkol terlebih dahulu. Sering digunakan
oleh pemotret olahraga atau yang mengutamakan objek-objek bergerak
cepat.
Back light :
Cahaya dari belakang, yaitu cahaya yang berasal dari belakang objek.
Arah cahaya ini berlawanan dengan posisi kamera. Secara umum efek yang
dihasilkan dapat menciptakan siluet; objek foto dikelilingi “rim light” atau cahya yang ada disekitar objek. Efek cahaya ini bisa merugikan pemotret sebab bila mengenai lensa akan menimbulkan flare.
Bayonet : Sistem dudukan lensa yang hanya memerlukan putaran kurang dari 90 derajat untuk melakukan penggantian lensa.
Birds eye view : Sudut pandang dalam pemotretan yang terlihat dari atas, mirip dengan apa yang diliat seekor burung yang sedang terbang.
Blitz :
Lampu kilat atau flashgun. Alat ini merupakan cahaya buatan yang
berfungsi menggantikan peran cahya matahari dalam pemotretan. Untuk
menangkap kilatannya diperlukan suatu kecepatan tertentu yang telah
disesuaikan (disinkronkan) dengan kamera. Cahaya blitz umumnya bisa
ditangkap dengan kecepatan kamera 1/60 detik.
Blitzlichtpulver :
Cikal bakal lampu kilat. Terbuat dari beberapa campuran bubuk
diantaranya magnesium dan potassium chlorade yang dapat memancarkan
cahaya bila disulut.
Blur :
Kekaburan seluruh atau sebagian gambar karena gerakan yang disengaja
atau tidak sengaja pada saat pemotretan dan efek besar kecilnya
diafragma. Hal ini terjadi misalnya saat melakukan teknik panning atau
zooming yang menggunakan kecepatan rendah.
Bottom light
: Cahaya dari bawah objek, biasa juga disebut ‘base light’. Biasa
digunakan sebagai cahaya pengisi dari arah depan. Fungsinya mengurangi
kontras cahaya utama.
Bounce Flash
: Sinar pantul. Pancaran cahaya tidak langsung yang berasal dari sumber
cahaya (lampu kilat). Cara paling efektif yang dapat dicoba adalah
memantulkan pancaran sinarnya kesudut lain sebelum cahaya itu mengenai
objek pemotretan. Teknik pencahayan ini cocok untuk menghasilkan
penyinaran lunak.
Bracketing
: Suatu teknik pengambilan gambar yang sama dengan memberikan kombinasi
pencahayaan yang berbeda-beda pada suatu objek (disamping pengukuran
pencahayan normal).
Built-in diopter : Pengatur dioptri (lensa plus atau minus)yang sudah terpasang pada pembidik kamera. Berguna bagi pemotret berkacamata.
Bulb, B(ulb) bolam
: Sarana kecepatan rana yang sangat lambat dikamera yang digunakan
untuk memotret objek. Lama membuka rana ditentukan oleh pemotret, yaitu
dengan menekan lalu melepas tekanan pada tombol shutter.
C : Singkatan dari continuous,
yaitu sandi yang terdapat pada kamera. Fungsinya menyatakan penggunaan
bidikan gambar secara beruntun dengan kecepatan tertentu (umumnya 3
bingkai per detik).
Candid camera
: Foto atau potret yang dibuat dengan cara sembunyi-sembunyi sehingga
objek foto tidak menyadarinya. Cara ini biasanya menghasilkan foto yang
terkesan wajar atau alami. Umumnya tidak ada komunikasi antara pemotret
dan objek foto. Keberhasilan foto sangat ditentukan oleh kemahiran
pemotret mengungkapkan pesannya. Oleh Karen itu pemotret harus ekstra
tekun, jeli,teliti dan sabar.
CCD : Singkatan dari charge couple device, yaitu chip pengganti film yang digunakan pada kamera digital untuk merekam gambar (citra)
Center of focus : Pusat perhatian. Sering juga disebut center of interest atau focus of interest. Pusat perhatian membuat pesan dan teknis yang ingin disampaikan pemotret tergambar secara fisik pada foto.
Center weight : Pengukuran pencahayaan yang tertuju hanya pada 60 persen daerah tengah gambar (bidang) foto.
Coating
: Pemberian suatu lapisan tipis pada permukaan lensa. Fungsinya menahan
pantulan cahaya dan melindungi lensa dari berbagai bahaya, misalnya
jamur.
Cold tone : Warna yang bernada dingin; berwarna biru kelabu dengan nada warna ringan.
Color balance : Keseimbangan warna.
Composition :
Komposisi, yaitu penempatan atau penyusunan bagian-baigan sebuah gambar
untuk membentuk kesatuan dalam sebuah bidang tertentu sehingga enak
dipandang.
Continuous light : Lampu kilat yang digunakan untuk memotret; cahayanya dapat menyala terus menerus (berulang-ulang).
Contrast :
Kontras. Secara umum kontras diartikan sebagai perbedaan gradasi,
kecerahan, atau nada (warna) antara bidang gelap (shadow) dengan bidang
terang, atau warna putih yang mencolok sekali pada objek.
Cropping :
Pemadatan/pemotongan gambar dalam foto atau sesuatu yang tercetak
dengan membuang bagian-bagian tertentu yang kurang dikehendaki.
Density :
Densitas atau kepekatan dalam fotografi. Istilah ini menyatakn
tebal-tipis lapisan perak yang melekat pada film. Semakin pekat suatu
warna, semakin gelap dan berat warnanya.
Depth : kedalaman, yaitu efek dimensional yang timbul karena ada perbedaan ketajaman.
Depth of field :
bagian yang tampak tajam (tidak buram) dan jelas, yang berada dalam
jangkauan tertentu. Biasanya juga disebut sebagai ruang tajam.
Diaphragm :
Diafragma,yaitu lubang pada lensa kamera tempat cahaya masuk saat
melakukan pemotretan. Lubang lensa ini dibentuk dari kepingan-kepingan
logam tipis yang berada didalam atau dibelakang lensa. Bisa diciutkan
atau dilebarkan.
Distortion : Distorsi, yaitu penyimpangan bentuk. Pada fotografi biasa terjadi pada pemotretan dengan lensa sudut lebar.
Fill in Flash :
Lampu kilat pengisi. Dalam kondisi pemotretan yang tidak memerlukan
lampu kilat, lampu ini tetap dinyalakan untuk menerangi bagian-bagian
gelap dari objek, misalnya bayangan pada pemotretan diluar ruangan.
Film :
Media untuk merekam gambar. Gambar dibuat diatas dasar yang fleksibel
dan transparan. Film terdiri dari lapisan tipis yang mengandung emulsi
peka cahaya, diatas dasar yang fleksibel dan transparan. Emulsi sendiri
terdiri dari perak halida, yaitu senyawa yang peka cahaya.
Film Frame Counter : Penghitung jumlah bingkai film. Pendeteksi berangka yang menunjukkan jumlah film yang sudah terpakai.
Film transparency :
Slide warna atau color reversal film, yaitu film positif yang biasa
digunakan untuk keperluan iklan, pers, dll. Tujuannya adalah mendapatkan
ketajaman dan warna gambar yang baik.
Filter :
Penyaring dalam bentuk kaca (atau bahan lain yang tembus cahaya) yang
mempunyai ketebalan rata; dipasang pada ujung tabung lensa.
Fix Lens : Lensa fix, yaitu lensa yang memiliki panjang fokus (titik api) tunggal, sudut pandangnya tetap.
Flash : Lampu kilat, yaitu jenis lampu buatan yang mampu menyediakan cahaya yang bisa dikendalikan.
Flash exposure compensation
: Kompensasi pencahayaan lampu kilat, yaitu cara membuat alternatif
pencahayaan lebih atau kurang dengan menggunakan lampu kilat.
Focus ring : Titik api atau pertemuan berkas sinar/cahaya melalui lensa setelah berbias atau dipantulkan.
FPS : singkatan dari frame persecond, yaitu satuan pengambilan gambar dalam gambar per detik.
GN : Singkatan dari guide number, yaitu kekuatan daya pancar cahaya lampu kilat yang merupakan perkalian antara jarak (dalam meter atau feet) dan diafragma.
High angle : Pandangan tinggi. artinya, pemotret berada pada posisi yang lebih tinggi dari objek foto.
High-Key photo : Sebutan untuk suatu foto yang didominasi nuansa putih.
High light : Bagian-bagian yang terang pada sebuah foto karena pantulan sinar.
Honeycomb : Perangkat atau alat tambahan berbentuk seperti sarang tawon.
Hot shoe : Sepatu panas. terdapat pada bagian atas kamera, berfungsi untuk memasang lampu kilat elektronik.
Image : Gambar yang terbentuk pada film atau pada tirai pengamat.
Incident light metering : Pengukuran cahaya jatuh, yaitu mengukur kuat cahaya yang menerangi objek.
Infinity : Jarak tak terhingga dengan tanda pada skala jarak.
Infrared : Inframerah, yaitu sinar merah diluar spektrum.
ISO : Singkatan Dari International Standart Organization, yaitu badan yang berwenang memberikan standar untuk kategori film yang digunakan didunia fotografi.
JIS : singkatan dari Japan Industrial Standart, yaitu ukuran kepekaan film, seperti ASA digunakan di Jepang.
Lens :
Lensa, yaitu alat yang terdiri dari beberapa cermin yang mengubah benda
menjadi bayangan yang bersifat terbalik, diperkecil, dan nyata.
Lens Hood :
Tudung lensa yang digunakan untuk menutupi elemen lensa terdepan dari
cahaya yang masuk secara frontal. Cahaya seperti ini akan menimbulkan
efek flare (bintik cahaya putih) pada foto.
Light contrast:
Kontras cahaya, yaitu tingkat kepekaan cahaya yang dihasilkan oleh
suatu sumber cahaya. Hal yang paling mempengaruhi kontras cahaya adalah
besar kecilnya sumber cahya.
Live View : menampilkan gambar secara langsung di monitor
Light meter
: Pengukur kekuatan sinar. Biasa dipakai dalam pemotretan untuk
menentukan besar diafragma atau kecepatan pada suatu kondisi
pencahayaan.
Long Shot :
Sudut pandang yang lebar yang memberi perhatian lebih pada objek
pemotretan dengan cara memisahkannya dari latar belakang yang mungkin
mengganggu.
Low angle
: Pandangan rendah, yaitu sudut pandang dalam pemotretan dengan
kedudukan pemotret lebih rendah dari objek pemotretan. Menghasilkan
gambar seolah-olah objek lebih tinggi dari aslinya.
LT : Long Time Exposure, sama dengan pencahayaan panjang misalnya 2 detik atau lebih.
Macro :
Makro. Pengertian makro dalam fotografi adalah saran untuk pemotretan
jarak dekat. Fotografi makro akan menghasilkan rekaman objek (pada film)
yang sama besar dengan objek aslinya (1:1), atau paling tidak setengah
besar objek aslinya (1:2). Namun, lensa zoom yang mempunyai fasilitas
menghasilkan rekaman objek seperempat besar benda aslinya (1:4) juga
sudah bisa dikatakan makro.
Macro Lens
: Lensa makro, yaitu lensa yang digunakan untuk memotret objek
berukuran kecil atau pemotretan jarak dekat (mendekatkan objek). Umumnya
dipakai untuk keperluan reproduksi karena dapat memberikan kualitas
prima dan minim distorsi.
Magnification : Pembesaran. Diukur dari gambar film dengan perbandingan ukuran asli objek.
Main light
: Sinar utama dalam pemotretan yang biasanya berasal dari depan objek.
Biasanya digunakan untuk memunculkan bentuk atau wajah objek.
Medium format camera :
Kamera format medium, yaitu jenis kamera SLR yang menggunakan jenis
film 120 mm. Dibandingkan dengan kamera format kecil, kamera ini
mempunyai keunggulan dalam pembesaran cetakan.
Medium shoot :
Pandangan yang lebih mengarah kepada suatu tema pokok dengan latar
belakang yang agak dihindari. Bisa digunakan untuk pemotretan berobjek
orang, kira2 sebatas pinggul keatas.
Metering : Pola pengukuran cahaya yang biasanya terbagi dalam 3 kategori : center weight, evaluative/matrix dan spot
Metering center weight : Pola pengukuran cahaya menggunakan 60 persen daerah tengah gambar
Metering matrix : Pola pengukuran cahaya berdasarkan segmen-segmen dan persentase tertentu
Metering spot : Pola pengukuran cahaya yang menggunakan satu titik tertentu yang terpusat.
MF : singkatan dari Manual Focus, yaitu cara penajaman atau pemfokusan yang dilakukan secara manual.
Microphotography : Fotografi yang menggunakan film berukuran kecil, dengan bantuan mikroskop.
Monopod : sandaran atau penyangga kamera berkaki satu. Berfungsi membantu menahan kegoyangan. Sering pula disebut “unipod”
ND Filter : Filter ND, yaitu filter yang berfungsi menurunkan kekuatan sinar sebanyak 2 sampai 8 kali.
Nebula Filter : Filter yang menghasilkan gambar dengan efek pancaran sinar radial yang berpelangi.
Non-reflex camera : kamera non refleks yang tidak menggunakan cermin putar. Contohnya adalah kamera kompak atau kamera langsung jadi (Polaroid)
Normal lens
: Lensa berukuran normal berfokus panjang, 50 mm atau 55 mm, untuk film
berukuran 35 mm. Sudut pandangnya sama dengan sudut pandang mata
manusia.
Obscura :
Cikal bakal kamera zaman sekarang. Prinsipnya dalam sebuah kamar gelap
yang tertutup lubang (pin hole). Jika kamera obscura dihadapkan ke benda
yang diterangi cahaya, sebuah gambar proyeksi terbalik dari benda
tersebut akan tampak pada dinding yang berhadapan dengan lubang.
Optical Sharpness : ketajaman optis, yaitu suatu ketajaman yang dapat dicapai karena lensa berkualitas baik.
Optik : berkenaan dengan penglihatan (cahaya, lensa, dsb)
Over : hasil gambar atau film yang kelebihan cahaya sehingga terlihat sangat terang biasanya akan kehilangan detail atau tekstur.
Overexposure :
kelebihan pencahayaan. Bagian shadow tampak pekat (tanpa detail)
sehingga negative tampak hitam total. Bila kepekatan bagian ini
melampaui batas, hasil cetak foto akan menjadi abu2; bagian high akan
menjadi putih.
Overhead lighting : sinar dari atas. Lampu atau penyinaran yang dibuat untuk menyinari objek dari atas.
Override : Penyimpangan dari pengaturan otomatis. Tujuannya agar pemotret dapat mengatur kamera secara manual.
Polarizing Color Filter :Filter
yang terdiri dari selembar polarisator kelabu dan polarisator warna,
terdapat berbagai kombinasi warna sehingga dapat digunakan untuk
efek-efek tertentu.
Polarizing Conversion Filter :Filter
terdiri dari selembar polarisator dengan filter konversi warna (85B).
Biasanya juga digunakan untuk jenis kamera kine, sehingga memungkinkan
film tungsten digunakan untuk cerah hari dan mempunyai efek seperti
filter polarisasi.
Polarizing Fider Filter :Filter
yang terdiri dari dua filter PL linier yang digabung menjadi satu.
Jumlah filter yang masuk dapat diatur dengan memutar gelang filter.
Polarizing Circular Filter: Filter yang dibuat dari lembaran polarisator linier dan keeping quarter wave retardation, dilapi di antara dua gelang filter. Efeknya sama dengan filter polarisasi, biasanya digunakan untuk kamera kine.
Polarizing Filter :
Filter polarisasi, dipakai untuk menghilangkan refleksi dari segala
permukaan yang mengkilap. Filter ini terdiri dari dua bagian, bagian
yang satu dengan lain dapat diputar-putar untuk mendapatkan sudut paling
ideal menghilangkan refleksi, menambah saturasi warna dan menembus
kabut atmosfer. Juga berguna untuk membirukan langit.
Pop Up Flash: Lampu kilat kecil terbuat atau menyatu dengan kamera.
Rainbow Fantasi Filter : Filter dengan inti bulatan normal dan sisanya berisi prisma. Tiap-tiap berkas sinar akan bertepi pelangi.
Rana : Adalah tirai yang menggantikan fungsi penutup manual di bagian depan lensa, besar kecilnya dapat diatur sesuai kebutuhan.
Rana Celah:
Rana celah vertical dan horizontal dan terletak pada kamera. Yang
vertial menutup secara vertikal dan yang horizontal menutup secara
horizontal.
Rana Pusat : Rana yang terletak pada lensa, berdampingan dengan diafragma. Menutupnya dengan cara memusat.
Release Cable : Kabel penghubung dengan shutter sehingga memungkin pemotret menekan shutter dari jarak beberapa meter dari kamera.
Reloadable To Last Framer : Fasilitas untuk mengembalikan film yang telah digulung di tengah posisi terakhir yang terpakai.
Rembrandt Lighting :
Cahaya yang berasal dari jendela atau sering juga disebut window
lighting. Cahaya yang datang dari sudut 45 derajat. Pencahayaan tersebut
berasal dari nama pelukis Belanda Rembrandt.
Remote : Alat yang memungkinkan fotografer melakukan penekanan shutter dari jarak jauh dengan penghubung arus tanpa kabel.
Resolution : Suatu sifat lensa yang berdaya urai dengan kemampuan menyajikan detail kehalusan gambar sesudah film dikembangkan (diproses).
Retina : Selaput peka sinar dari mata atau salah satu merek kamera keluaran kamera.
Retouch :
Mengubah, sifatnya memperbaiki atau menambah warna dengan menggunakan
tangan atau kuas, atau juga pada masa ini dengan komputer seperti
melukis sehingga menghasilkan gambar yang baik dan tanpa cacat seperti
sebelumnya.
Reverse Adapter:
Suatu alat penyambung yang digunakan untuk memotret saat menggunakan
lensa kamera yang dibalik sehingga elemen belakang lensa menghadap ke
objek. Dengan alat ini menjadikan kita dapat menggunakan lensa biasa
untuk membuat pemotretan makro dengan hasil yang cukup baik.
Rule Of Thirds atau Aturan 1/3
: petunjuk bagaimana caranya memposisikan obyek di 1/3 bagian dalam
foto agar lebih enak dilihat. Tehnik ini juga termasuk dalam
mengkomposisikan obyek kedalam satu frame, dengan posisi yang tepat
mengikuti acuan aturan sepertiga itu.Aturan ini mungkin lebih tepat
disebut sebagai panduan, sebab tidak selamanya penempatan obyek di 1/3
bagian foto itu nikmat untuk dilihat bergantung dari obyek dan hasil
foto yang dihasilkan oleh fotografer.
Second Curtain Sync: Fasilitas untuk menyalakan lampu-kilat sesaat sebelum Rana menutup.
Self Adjusting : Penyesuaian (diri).
Self Timer
: Penangguh waktu. Sebuah tuas yang digunakan untuk keperluan
memperlambat membukanya Rana kamera sekalipun tombol pelepas kamera
telah ditekan. Biasanya digunakan untuk memotret diri sendiri.
Penangguhan waktunya umumnya berkisar 10 detik.
Sense Of Design : Perasaan atas komposisi. Estetika dalam nirmana datar warna.
Sepia Toner : Pewarna coklat/sawo.
Sequence :
Sekuen. Satu seri dari beberapa jepretan (shot) yang meliputi suatu
kejadian yang sama. Setiap jepretan hanya berbeda dalam hitungan detik.
Shade :Teduh, bayangan yang tak berbentuk.
Shadow :Bidang gelap/hitam atau bayangan pada sebuah foto yang berbentuk objek yang membayang.
Shape :Bidang,
suatu bentuk dalam aspek dua dimensi yang terjadi tidak hanya oleh
karena adanya kesan garis, baik berupa segi tiga, lingkaran, elips, dll.
Namun selain itu bisa juga dibentuk oleh suatu bidang warna karena
adanya suatu kesan bentuk tiga dimensi yang mempunyai volume.
Sharpness :Ketajaman
film, yaitu suatu kemampuan film untuk merekam setiap garis dari
pandangan yang dipotret dengan ketajaman yang baik. Ketajaman ini
ditentukan dengan jumlah garis per milimeter.
Side Light :
Cahaya dari samping, yaitu cahaya yang berasal dari arah samping objek,
baik kiri atau kanan dan dapat ditempatkan pada sudut 45 atau 90
derajat. Pencahayaan seperti ini menghasilkan foto dengan efek yang
menonjol permukaan atau objek fotonya serta terciptanya kesan tiga
dimensional. Umumnya digunakan untuk menampilkan foto-foto yang
berkarakter, misalnya foto potret (portrait).
Side Lighting :Sinar
dalam pemotretan yang datangnya dari arah samping kanan atau kiri – 90
derajat dihitung dari sudut pandang kamera. Arah datangnya sinar seperti
ini akan menghasilkan foto dengan detail dan tekstur dari benda dengan
baik. Bayangan yang dihasilkan akan menampakkan bentuk benda dengan
lebih menarik dengan separo dari muka terang dan separo lagi gelap.
Single Lens Reflect :Refleks
lensa tunggal (RLT), adalah kamera yang memiliki satu lensa untuk
membidik yang menggunakan cermin dan prisma. Lensanya berfungsi untuk
meneruskan bayangan objek ke pembidik dan meneruskannya ke film. Apa
yang terlihat pada jendela pengamat sama seperti apa yang terjadi pada
film atau fotonya.
Shutter Speed
: Lamanya waktu yg diperlukan untuk menyinari sensor CMOS ato CCD pada
kamera digital, dan Film pada kamera konvensional. Pada Kemera tertera
angka-angka 250,125,60,30,15 dst. Ini berarti lamanya penyinaran adalah
1/250 detik, 1/125 detik, 1/60 detik, dst.
Single Point Reading
:Suatu pembacaan pengukuran dalam pencahayaan yang dilakukan hanya pada
satu titik atau bagian tertentu yang terpenting dari sebuah objek foto.
Single Servo Autofocus (S)
:Sandi saat Anda membidikkan suatu objek dan tombol rana telah tertekan
separo, maka jarak antara kamera dengan objek terkunci hingga tombol
dilanjutkan ditekan hingga terekam satu bidikan.
Skala : Perbandingan objek utama dengan objek-objek lain dalam gambar.
Slave Unit :Mata listrik yang menyalakan lampu-kilat karena pulsa yang dihasilkan oleh menyalanya lampu-kilat lain.
Small Format Camera
: Kamera format kecil yaitu kamera jenis SLR (Single Lens Reflect) yang
menggunakan film berukuran 35 mm namun fleksibel dan enak dipegang
serta ringan. Karena itu kamera seperti ini yang paling banyak digunakan
oleh para fotografer. Jenis maupun ukuran filmnya sangat mudah didapat
juga proses filmnya terutama bagi yang menggunakan film jenis negatif.
Namun kekurangannya, untuk hasil pencetakan besar, maksimal hanya
seukuran majalah.
Snapshot :
Bidikan spontan, tanpa modelnya diatur terlebih dahulu. Cara ini
umumnya digunakan untuk membuat foto human interest, sehingga
menghasilkan foto yang apa adanya dan tampak alami tak terkesan
dibuat-buat.
Snoot :
Suatu alat berbentuk kerucut yang berlubang pada ujungnya dan digunakan
untuk memperkecil penyebaran cahaya dari lampu kilat studio. Umumnya
menghasilkan cahaya yang tampak membulat bila diproyeksikan pada bidang
datar.
Snow Cross, Star Six Filter :
Sebuah kaca bening dengan goresan-goresan yang saling bersilangan yang
membentuk bintang-bintang berekor enam dari tiap-tiap titik sinar.
Socket : Lubang tempat memasukkan kabel sinkron yang menghubungkan lampu kilat dengan penutup.
Soft Screen (Lens) :
Lensa yang berguna untuk menghindari kontras sehingga hasil gambar
terkesan seolah-olah agak kabur dengan sisi-sisi yang tak tampak
ketegasan batasnya.
Soft Focus Lens :Lensa yang berdaya lukis lembut.
Soft Spot Filter : Filter berciri seperti soft screen namun menghasilkan gambar yang berbeda.
Soft Tone Filter
: Filter yang bertujuan untuk membuat gambar pemandangan lunak tanpa
menurunkan ketajaman dan mengubah warna, juga tidak mengubah bentuk.
Kontras pun menjadi lembut tanpa mengaburkan pandangan.
Solarisasi
: Proses pembuatan foto dengan cara memberi penyinaran dua kali pada
kertas foto atau film dan memasukkannya ke dalam larutan pengembang. Di
tengah-tengah gambar terbentuk dilakukan penyinaran dengan cahaya putih
sekali lagi dan meneruskan pengembangannya.
Sonar Autofocus : Sistem otofokus yang bekerja berdasarkan perjalanan bolak-balik suara sonar – dari kamera ke objek kembali ke kamera.
Special Effect : Efek khusus dengan menggunakan teknik tertentu.
Special Effect Filter :
Filter (penyaring) spesial efek yang pada dasarnya bukan filter karena
fungsinya tidak menyaring sesuatu melainkan mengubah pandangan guna
mencapai hasil yang menyimpang dari pemotretan biasa.
Special Lens :
Lensa spesial yang digunakan secara khusus untuk keperluan khusus.
Misalnya fish eye lens (lensa mata ikan – 180 derajat). yang pada
dasarnya bukan filter karena fungsinya tidak menyaring sesuatu melainkan
mengubah pandangan guna mencapai hasil yang menyimpang dari pemotretan
biasa.
Special Purpose Lens
: Lensa tujuan khusus yang didesain dan diciptakan untuk tujuan
penghasilan gambar khusus yang biasanya susah dilakukan dengan lensa
biasa.
Special Filter
: Sekeping plastik terang berisi ribuan prisma lembut yang mengubah
tiap-tiap titik sinar menjadi bintang pelangi dan berkas sinar bertepi
pelangi. Sinar yang kuat membentuk bintang dengan berkas-berkas pelangi
tebal.
Spectrum : Berkas sinar yang terlihat oelh mata, terpecahkan oleh pembiasan prisma dalam warna-warni.
Speedlight: Lampu-kilat yang mempunyai kecepatan menyala tinggi atau cepat.
Speedo Solarisasi
: Suatu teknik kamar gelap versi lain dari tehnik solarisasi (efek
sabattier) pada film ortholith yang akan memberikan suatu efek gerakan
yang cepat (speedo).
Stereo Camera :
Kamera berlensa dua yang menghasilkan dua foto sekaligus. Dua foto itu
harus diamati dengan alat bantu atau stereo-viewer untuk mendapatkan
efek kedalaman seperti saat difoto.
Still Life :
Berarti lukisan atau pemotretan benda mati. Fotografi yang khusus
menempatkan benda-benda kecil buatan manusia sebagai objeknya.
Stop :
Satuan yang menunjukkan pergeseran nilai bukaan diafragma atau
kecepatan rana dari suatu nilai ke nilai yang lain, naik atau turun.
Misalnya dari diafragma f:16 ke f:22 atau dari kecepatan 1/125 detik ke
1/250 detik.
Stop Bath
: Cairan penyetop. Larutan penyetop untuk menghentikan atau menahan
seketika pengembang (developer) pada film atau kertas foto. Selain
berguna untuk menghentikan proses yang terjadi, stop bath juga berfungsi
sebagai larutan fixer yang membuat film dan cetakan foto lebih tahan
lama.
Stripping Film : Film yang dapat dipisahkan dari dasar seluloidnya.
Strobo : Lampu dengan kemampuan menyorot bertubi-tubi dengan selang waktu singkat.
Subtractive : Sistem penyusunan balans warna dengan mengurangi unsur warna, suatu kebalikan dari additive atau menambahkan.
Super Wide Lens :
Lensa bersudut super lebar yang biasa digunakan untuk pemotretan
arsitektur, interior, eksterior, pemandangan, dll. Misalnya lensa 15 mm,
17 mm.
Sync Cord Terminal : Terminal sinkronisasi lampu-kilat; soket untuk memasang kabel tambahan yang dihubungkan dengan lampu-kilat.
Sync Shutter Speed : Kecepatan rana yang sinkron dengan lampu kilat.
Syncro :
Saklar otomatis. Dengan menggunakan saklar ini pada lampu kilat maka
bila ada kilatan cahaya lampu kilat lain akan mengakibatkan menyalanya
lampu kilat yang terpasang syncro.
Table-Stand : Kaki tiga (tripod) kecil. Sandaran kamera yang membantu menahan goyang yang dipakai di atas meja.
Texture :
Tekstur, sifat permukaan atau sifat bahan., merupakan elemen seni
visual yang sangat penting karena mampu memberi kesan “rasa” seperti
halus, kasar, mengkilat, dll.
Tele Converter:
Lensa tambahan yang dipasang di antara lensa asli dan tubuh kamera,
yang dapat mengubah lensa normal menjadi tele dan lensa tele menjadi
tele panjang. Umumnya kelipatannya dua atau tiga kali jarak fokus lensa
asal.
Tele Lens :
Lensa tele yang digunakan untuk memperbesar objek yang akan difoto.
Lensa ini dapat digunakan untuk memperoleh ruang tajam yang pendek.
Khusus untuk pemotretan potret (portrait) penggunaan lensa seperti ini
akan menghasilkan perspektif wajah yang mendekati aslinya. Misalnya:
lensa 85 mm, lensa 135 mm, lensa 200 mm, dll.
Telephoto Lens
: Lensa telefoto, lensa yang mempunyai fokus panjang. Pembuatan
bayangan (image) pada lensa telefoto lebih pendek bila dibandingkan
dengan lensa lain.
Telephoto Medium : Telefoto menengah, jenis lensa telefoto yang mempunyai panjang antara 75 – 135 mm.
Test Strip :
Suatu cara untuk mendapatkan hasil cetakan yang baik (normal) yang
dilakukan dengan cara membuat pencahayaan bertingkat pada saat mencetak
sebelum mencetak sesungguhnya.
Tilt Head:
Kemampuan kepala lampu-kilat untuk dapat diputar. Fungsinya untuk
mendapatkan efek pencahayaan yang lembut dengan cara memantulkan
terlebih dahulu cahaya yang keluar dari lampu-kilat. Kuatnya cahaya yang
jatuh ke objek sangat bergantung pada permukaan pemantul, warna dan
jaraknya.
Timer Switch : Mengukur waktu yang akan memutuskan aliran listrik pada akhir hitungan yang telah ditentukan.
Top Light
:Cahaya (dari) atas. Cahaya yang berasal dari atas objek. Biasanya
digunakan untuk menerangi bagian atas kepala model yang akan difoto.
Arah cahaya juga dapat menampilkan detail benda.
Transparan: Tembus
pandang ialah permukaan suatu benda yang tidak menghambat pandangan
untuk melihat benda di belakangnya. Kaca dan plastik misalnya bersifat
tembus pandang.
Translusen: Tembus
sinar. Namun kita tidak biasa melihat benda yang berada di belakang
benda yang translusen tersebut. Misalnya kaca es, kaca buram, kaca susu,
plastik suram, dsb.
Transparancy : Transparan, gambar tembus, slide atau film positif.
Tripod :
Kaki-tiga. Suatu alat yang digunakan untuk menyangga kamera yang
berbentuk kaki-tiga, yang dapat dipanjangkan dan dipendekkan sesuai
keinginan (terbatas). Biasa digunakan untuk membantu mengatasi goyang
saat melakukan pemotretan yang menggunakan lensa telefoto, atau yang
menggunakan kecepatan rendah sehingga kedudukan kameranya tetap stabil
dan pemotretan terhindar dari goyang.
Tripod Socket :
Tempat (ulir) untuk tripod. Suatu bagian di kamera, biasanya berlubang
dengan ulir di dalamnya, yang berguna untuk tempat memasang tripod atau
kaki-tiga kamera.
TTL : Singkatan dari Through the Lens Metering. Sistem pengukuran cahaya melalui lensa. Biasa juga disebut OTF (Off The Film Metering).
Kamera harus terisi film untuk mendapatkan pengukuran yang akurat. Atau
dengan cara lain yaitu menggantikannya dengan kertas buram yang
diletakkan pada jendela lintas film yang harus menutupi seluruh jendela
tersebut. Jika tidak maka akan mendapatkan kalkulasi pengukuran yang
salah karena sensor di dalam kamera akan membaca pelat hitam penekan
film.
Tungsten Film :
Film yang khusus diperuntukkan bagi pemotretan yang dilakukan dengan
cahaya buatan dengan lampu biasa atau photo-flood, namun juga tetap
dapat dipakai untuk pemotretan di bawah cahaya alami.
Twin Lens Reflex :
Refleks Lensa Kembar. Kamera yang mempunyai dua lensa. Satu lensa
berfungsi untuk menangkap objek yang dipantulkan oleh cermin melalui
jendela pembidik, satu lensa berfungsi untuk menangkap objek untuk
diteruskan ke film. Menggunakan jenis kamera seperti ini harus ekstra
hati-hati karena sering terjadi kesalahan yang disebut paralaks pada
pemotretan jarak dekat.
Under : hasil gambar atau film yang kekurangan cahaya sehingga terlihat gelap
Vario Focal Lens :
Lensa zoom. Lensa yang mempunyai panjang focus yang dapat diubah-ubah
atau dapat bergeser. Misalnya: lensa 20-35 mm, lensa 35-70 mm, lensa
80-200 mm, dsb.
Vario Lens :
Lensa vario atau sering disebut sebagai lensa zoom. Yaitu sebuah lensa
yang memiliki jangkauan panjang focus yang bervariasi atau dapat
diubah-ubah. Dengan demikian memudahkan pemotret memilih berbagai ruang
pandang hanya dengan menarik-ulur lensa atau memutarnya.
Vertical Grip : Alat pelepas rana untuk pengambilan gambar secara vertikal tanpa harus memutar tangan.
View Camera :
Kamera yang menggunakan film format besar dan digunakan untuk keperluan
pemotretan yang memerlukan detail tajam pada pencetakan hasil foto yang
besar-besar umumnya digunakan di dalam studio untuk pemotretan still
life karena dapat menyempurnakan perspektif serta menambah ruang tajam.
Detail gambar dapat ditampilkan secara sempurna.
View Finder : Jendela bidik. Bagian dari kamera yang berfungsi sebagai tempat mata melihat bayangan benda yang akan diabadikan.
Waist Level Finder : Pembidik sebatas pinggang.
Warm Tone :
Bernada warna hangat. Suatu warna yang terasakan tidak terlampau
menyilaukan mata, atau berwarna ke arah cokelat gelap ke arah hitam
pekat.
Watt/Second (W/S):
Satuan daya pada lampu kilat studio yang dibedakan dengan lampu kilat
portable yang menggunakan GN. Tidak ada rumusan relevansi antara W/S dan
GN, tapi 100 W/S hampir sebanding dengan GN = 30.
Wide Angle Lens:
Lensa sudut lebar, misalnya lensa 20 mm atau 24 mm. Jenis lensa dengan
tubuh pendek yang biasa digunakan untuk memotret sebuah panorama luas
atau untuk pemotretan sejumlah besar orang. Lensa ini menampakkan gambar
yang lebih kecil.
Wide Shot :
Pemotretan dengan sudut pandang lebar. Biasanya merupakan satu jepretan
panjang diawal suatu sekuen. Tujuannya untuk mengarahkan penonton pada
adegan berikutnya pada gambar hidup (movie).
Wireless Ttl: Sistem pengukuran lewat lensa tanpa melalui kabel.
Worm Eye
: Pandangan cacing. Berarti memotret dari sudut pandang permukaan
tanah. Hasilnya adalah rekaman foto dengan kesan tinggi yang ekstrim,
hasil gambarnya pun unik karena sudut pandang seperti itu.
Zone Syste : Suatu cara untuk menghasilkan foto dengan tingkat kontras yang dimulai dari nada hitam pekat hingga nada warna putih sekali.
Zoom Lens :
Lensa zoom. Jenis lensa yang memiliki elemen yang mampu bergerak hingga
membuat panjang fokal bervariasi. Panjang focus dapat diganti-ganti
dengan memendekkan atau mengulur tabung lensa.
Zoom-Blur : Kekaburan gambar yang disebabkan oleh gerakan zoom pada waktu melepas rana kamera.
Zooming Ring : Gelang batas rentang vario pada lensa zoom
Dibawah ini beberapa singkatan mengenai photographer:
APS : Advanced Photo System
DIL : Drop in Loading
CID : Cartridge Identification number
FID : Film strip Identification number
USC : Uniform Sigma Crystal/kristal sigma seragam
Kristal sigma : Butir-butir perak halida
AFS : Auto Focus Silent Wave Motor
AFD : Auto Focus Distance Information
DIR : Development Inhibitor Releaser
SPD : Silicon Photo Diode
LCD : Liquid Crystal Display
LED : Light Emitting Diode, lampu
ISO/ASA : Derajat sensitivitas film
ISO : International Standart Organization
ASA : American Standart Association
DIN : Deutsche Industry Norm
NiMH : Nikel Metal Hydride
NiCd : Nikel Cadmium
DRAM : Data Random Acces Memory
RISC : Reduce Intruction Set Computer
CCD : Charge Couple Device (pada kamera digital)
CPL : Circular Polarizing
USM : Ultrasonic motor
ESP : Elektro-Selective Pattern (Sistem pengkuran cahaya otomatik, di saat kondisi kesenjangan kecerahannya sangat besar
SLR : single Lens Reflek, kamera lensa tunggal yang menggunakan cermin dan prisma
TLR : Twin lens Refleks, kamera yang menggunakan dua lensa , satu untuk melihat, lainnya utnuk meneruskan cahaya ke film
Lens Mount : Dudukan lensa
MF : Manual Fokus
AF : Auto Fokus
Fps : Frame per second:, satuan kecepatan pengambilan gambar dalam gambar perdetik
DOF : Depth of Field;ruang tajam, merupakan jarak, dimana gambar masih terlihat tajam/focus, beragntung pada: difragma, panjang
lensa dan jarak objek
GN : Guide number; kekuatan cahaya blitz merupakan perkalian antara jarak (dalam meter atau feet) dan diafragma
AR Range : Tingkat terang cahaya dimana system aotufocus masih dapat bekerja, dalam satuan
EVEV : Exposure Value; kekuatan cahaya. Sample, EV=0 kekuatan cahaya pada difragma f/1,0 kecepatan 1 detik
Exposure mode : Modus pencahayaan, pada umumnya ada 4 tipe: manual, Aperture priority, Shutter priority dan Programed (auto)
Aperture : Diafragma
Lens Hood : Tudung lensa
Aperture priority : Prioritas pengaturan pada diafragma, kecepatan rana otomatis
Shutter : Rana
Shutter Priority : Prioritas pengaturan pada kecepatan rana, diafragma otomatis
Exposure compensation :Kompensasi pencahayaan, membuat alternatif pencahayaan dari normal menjadi lebih atau kurang
Flash Exposure Compensation : Kompensasi pencahayaan