Pilih CANON atau NIKON??





Sebelum membeli kamera, mungkin ada baiknya untuk mampir ke tulisan saya mengenai Pedoman Membeli Kamera DSLR
Setelah membeli kameranya, ikut Kursus MK-Photography supaya bisa tahu teori fotografinya dan cara pakai kameranya. Kami adalah satu-satunya kursus / sekolah fotografi satu kali (1x) week-end dengan hunting model di Jakarta. Kami juga satu-satunya kursus / sekolah fotografi yang mengajarkan “pencet di mana” pada kamera Anda (merk dan jenis apapun). Anda cukup meluangkan waktu satu kali (1x) week-end saja untuk belajar fotografi. Alumni kami sudah lebih dari 500 orang. Ada diskon 10% di kelas Basic Photography untuk pemilik kamera baru.
- Basic Photography (Weekend Class)
- Digital Imaging (Edit foto dgn PhotoShop)
- Still Life (Foto produk)
- Manajemen Bisnis Fotografi

Menurut opini saya, mempertanyakan lebih bagus mana antara Nikon atau Canon sama saja seperti mempertanyakan lebih bagus mana antara Toyota atau Honda; BMW atau Mercedes Benz. Mereka sama-sama perusahaan dunia yang sama bagusnya dan sama kuatnya. Memilih antara Nikon atau Canon amat tergantung dengan selera dan lingkungan dari orang tersebut.
Kalau Nikon dan Canon tidak sama-sama bagus dan kuat, tentunya salah satu dari mereka akan bangkrut. Sudah banyak perusahaan kamera yang bangkrut dan lalu dibeli oleh perusahaan lain. Salah satu contohnya adalah Minolta yang dibeli oleh Konica, dengan membentuk Konica-Minolta. Setelah merger tersebut, Konica-Minolta memutuskan untuk menjual bisnis DSLR mereka kepada Sony, yang mana kemudian Sony mengeluarkan Sony α (Alpha) yang teknologinya berasal dari Minolta. sumber

Kodak merupakan ‘korban’ terakhir dari perkembangan teknologi fotografi digital. Padahal Kodak-lah yang pertama kali menemukan fotografi-digital, kamera digital pertama dan kamera D-SLR komersil pertama. sumber
Kalau Nikon dan Canon tidak sama-sama bagus, pastinya salah satu dari mereka akan memiliki pangsa pasar yang jauh berbeda dari saingannya. Faktanya, pangsa pasar kedua perusahaan ini bisa dibilang hampir sama besarnya. Terkadang pada tahun-tahun tertentu, Canon yang menguasai lebih banyak pangsa pasar. Lalu pada tahun-tahun berikutnya, Nikon yang bisa menguasai pangsa pasar yang lebih besar. Keduanya bersaing dengan amat ketatnya, produk-produk mereka bisa dibilang mirip-mirip. Hanya penamaan teknologinya yang mereka bedakan, teknologinya itu sendiri hampir sama.

Perbedaan Strategi Bisnis

Perbedaan paling mencolok dari kedua perusahaan ini adalah strategi korporat mereka. Nikon sejak awal hanya memfokuskan diri pada Teknologi Presisi dan Teknologi Alat Elektronik yang berhubungan dengan Lensa (Precision Technologies and Opto-electronic Technologies). Oleh karenanya produk-produk keluaran Nikon selalu berbasiskan lensa (Kamera, Teropong, Mikroskop, Alat pengukur jarak, Lensa kaca mata, dan lain-lain). sumber


Sedangkan Canon sejak tahun 1960an sudah merencakan untuk melakukan diversivikasi produk mereka dengan mulai memproduksi kalkulator 10-key elektronik pertama di Dunia pada tahun 1964. Sejak itu, selain memiliki bisnis berbasis kamera dan lensa, Canon mulai memproduksi mesin photocopy (tahun 1970 menjadi mesin copier kertas pertama di Jepang), laser printer (tahun 1979), ink-jet printer (1985) dan large-format ink-jet printer (2006). sumber


Dari kedua strategi korporat tersebut, Nikon dan Canon bersaing secara langsung di bidang kamera (slr dan point-n-shoot), dan teknologi presisi (alat pembuat semi-konduktor). Dalam bidang ini, kedua perusahaan ini masing-masing memiliki teknologi yang sama baiknya. Kedua perusahaan ini juga memiliki pengikut yang sama fanatiknya. Sehingga tidak bisa dikatakan yang satu lebih baik dibandingkan yang lain.
Kalau dilihat dari sisi finansialnya, Canon mempunyai total aset sebesar 3.983.820 juta yen (2010), sedangkan Nikon sebesar 829.909 juta yen (2011/Q3). Canon sekitar 4,8 kali lebih besar daripada Nikon. Hal ini tentu dikarenakan bisnis Canon jauh lebih beragam dibandingkan Nikon. sumber 1, sumber 2

Lensa

Lensa-lensanya mereka juga pasti sama bagusnya, sama tajamnya. Dari hasil riset teknologi lensa yang mereka lakukan, mereka dapat membuat lensa yang dapat memfokuskan sinar yang dipakai untuk ‘mencetak’ chip. Nikon dan Canon sama-sama memiliki divisi yang menjual alat pembuat chip. Alat tersebut bernama stepper, dan salah satu langkah untuk membuat chip adalah mencetak pola garis-garis yang kemudian menjadi jalannya sinyal listrik dalam rangkaian chip tersebut. Lebar dari garis ini hanya 38 nm (1 000 000 nano-meter = 1 mili-meter). Kalau lensa mereka dapat menfokuskan sinar yang dipakai dalam proses pembuatan chip, mereka tentu mudah saja membuat lensa yang kita pakai untuk motret model atau landscape

Jadi, kalau mereka dapat membuat lensa yang dapat memfokuskan garis hingga 38 nm, kenapa mereka masih membuat lensa yang kelihatannya hasilnya ‘biasa-biasa’ saja? Kenapa mereka tidak membuat semua lensa mereka tajam dan kelas nomer 1? Jawabnya sederhana: Strategi Marketing dan Quality Control.
Mereka mungkin memiliki teknologinya. Akan tetapi untuk memproduksi lensa premium dibutuhkan quality control yang ketat. Hal ini membuat biaya produksi lensa-lensa yang bagus menjadi mahal. Tentunya mahalnya biaya produksi kemudian akan dibebankan kepada konsumen dalam bentuk harga jual lensa yang mahal pula. Kalau bahasa inggrisnya, ono rego ono rupo (baca: ada harga ada barang).
Penentuan harga jual inilah yang mendikte kualitas dari sebuah lensa. Ujung-ujungnya strategi marketing dari setiap merk kamera.
Jadi, lensa mereka sama bagusnya.